Sabtu, 24 Desember 2016

Pilih Rokok Atau Nikahi Aku?

Pilih Rokok Atau Nikahi Aku? Itulah kalimat yang terlontar dari salah seorang blogger senior (tsah!) anggota Komunitas Blogger Pontianak (KBP) dalam acara ramah tamah bersama Komunitas Blogger Pontianak (KBP)  bertema Indonesia Darurat Rokok yang diadakan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia di Hotel Mercure Pontianak (23/12) pagi. 

aku yang pake jilbab biru muda berdiri samping yg pake jilbab biru tua

Jadi ceritanya, si blogger cewek temanku itu pernah bilang ke calon suaminya yang dulu masih suka merokok sebelum menikah, dengan kalimat sakti ini: Kamu mau pilih rokok atau nikahi aku? wadaw! tapi syukurlah, si calon suami akhirnya memilih menikahi dia dan setelah menikah suaminya sudah tidak merokok lagi.

sumber: sehatnegeriku.kemkes.go.id


Pada kesempatan itu, dr. Lily S. Sulistyowati, MM selaku Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI menyebut, saat ini angka persentase penderita Penyakit Tidak menular seperti jantung, kolesterol, dan ISPA (akibat merokok) lebih tinggi dibanding penyakit menular. Penyebab utamanya karena gaya hidup masyarakat urban saat ini.


Lily menerangkan kepada para peserta yang terdiri dari 30 anggota KBP tersebut, saat ini penyakit tidak menular merupakan penyebab utama kematian pada usia 30-70 tahun di Indonesia. Salah satu alasannya karena tingginya konsumsi rokok orang Indonesia yang dibarengi dengan malas berolahraga atau istilah kekiniannye mager (malas gerak) serta malas mengonsumsi buah dan sayuran.


sumber: sehatnegeriku.kemkes.go.id

Grafik di bawah menjelaskan faktor risiko Penyakit Tidak Menular (PTM) mulai dari kurang konsumsi sayur dan buah yang menempati urutan pertama dengan persentase mencapai 93,6% hingga tingkat konsumsi alkohol dalam 12 bulan terakhir sebesar 4,6%. Prevalensi usia merokok 15 tahun ke atas menempati urutan ketiga dengan angka 36,3%. Dan angka itu semakin miris karena disumbang oleh perokok pemula dari kalangan remaja.


sumber: sehatnegeriku.kemkes.go.id


Bonus Demografi, Musibah Atau Anugerah? 


Indonesia akan mengalami bonus demografi yang puncaknya akan terjadi di tahun 2030 (kalo belum keburu kiamat). Yang dimaksud  Bonus Demografi adalah suatu fenomena di mana  jumlah penduduk usia produktif sangat besar, sedang proporsi usia muda sudah semakin kecil dan proporsi usia lanjut belum banyak.


Oleh karena itu, bonus demografi dapat menjadi anugerah bagi bangsa Indonesia, dengan syarat pemerintah harus menyiapkan generasi muda yang berkualitas tinggi  melalui pendidikan, pelatihan, kesehatan, penyediaan lapangan kerja dan investasi.

Dengan demikian, pada tahun 2020-2030, Indonesia akan memiliki sekitar 180 juta orang berusia produktif, sedang usia tidak produktif sekitar 80 juta jiwa, atau 10 orang usia produktif hanya menanggung 3-4 orang usia ti. Kantor Berita Antara menyebutkan, Indonesia akan menikmati bonus demografi mulai tahun 2020. Ini mengingat struktur penduduk Indonesia sedang memasuki masa-masa keemasan, usia produktif (15-64 tahun) jauh lebih besar ketimbang usia nonproduktif (di bawah 15 tahun maupun di atas 65 tahun).


di satu sisi hal ini memang sangat menguntungkan jika bisa dikelola sejak dini. Namun jika tidak, bersiaplah menuai bencana. 

sumber: sehatnegeriku.kemkes.go.id

Para ABG (Alay Banget Geto) yang nampak pada gambar di atas memang sangat3x memprihatinkan, ya? Apalagi jumlah perokok perempuan juga meningkat. Faktor utama penyebabnya karena gaya hidup. Dari data di atas terlihat jelas bahwa jumlah perokok pemula usia 10-14 pada 2013 lalu sebanyak 3,9 juta per tahun atau 10. 869 per hari. sedang usia 15-19 sebanyak 12,5 juta per tahun atau 34.188 per hari. Luar biasa!

Sebenarnya, banyak yang sudah dilakukan oleh Walikota Pontianak Bapak H. Sutarmidji SH untuk mencegah bertambahnya jumlah perokok di Pontianak seperti melarang aktivitas merokok di Taman Digulas Untan, bahkan memberi sanksi bagi para PNS di lingkungan Pemkot Pontianak yang dipimpinnya jika kedapatan merokok. Secara bercanda, walikota Pontianak dua periode ini mengatakan, boleh saja merokok asal asapnya ditelan sendiri. Mau?

Nah, karena kita bukan walikota, cukuplah beri opsi ke calon suami (atau calon istri?) dengan pertanyaan ini: Pilih Rokok Atau Nikahi Aku? Sah!

2 komentar:

  1. Kalau dari instansi kami sendiri tarif cukai rokok akan dinaikkan mbak. Makin mahal, makin enggan orang merokok, secara kalau dilakukan tindakan ekstrim penutupan pabrik rokok masih mustahil dilakukan. Jadi pelan2 akan mengikuti harga rokok seperti diluar negeri

    BalasHapus
  2. mudahan tidak membuat cukai palsu makin marak ya, mas? :)

    BalasHapus